Burung.


Sejujurnya, gua ga akan ngomongin tytyd disini. karena arti burung tuh banyak banget, seperti simbol merpati untuk perdamaian, simbol elang untuk kekuatan, dll..

  Gua gaakan ngomongin simbol-simbol burung juga, jadi yang gua maksud dari burung adalah kebebasan. gak aneh kan? karena menurut gua burung tuh hewan yang bebas, dia bisa pergi kemana aja tanpa hambatan, ya hambatan sih ada saat dia lelah, tapi lu pernah bayangin ga sih? lu lagi terbang gitu, bebas terus mempir kerumah doi dan memandang manja wajahnya, atau kerumah mantan gitu lu liat dia ama pacar barunya terus lu berak gitu diatas kepala mereka berdua, dan lu puas gitu sambil ketawa jahat, atau lu hinggap di jendela dirumah nenek yang sudah tua, dan giginya tinggal dua, sumpah lu bisa jadi inspirasi lagu anak-anak.
Kalo lu bete, lu bisa terbang ketempat yang tenang sambil melihat senja di pucuk pohon, dan dengan nafas panjang kalian rasakan kharisma senja, dan kemudian berbisik "Huftt...tytyd gua miring."

  Burung terbang untuk hidup, bukan untuk bersenang-senang seperti yang kita bayangkan tadi. Bila mereka ingin makan mereka harus mencari sambil terbang, karena ancaman dunia bawah sangatlah besar, dan mereka menghidupi keluarga mereka dengan sayap mereka, burung saat masih "piyik" pun dipaksa terbang agar dia bisa hidup dan bertahan dengan terbang.

  Umumnya burung memiliki dua sayap.. ya gua belum pernah liat sih burung yang punya satu sayap atau lebih dari dua sayap, tapi gaada yang ga mungkin. bila kita melihat sayap itu adalah pelindung, cinta, kekuatan, tanggung jawab, karena begitu pentingnya sepasang sayap bagi seekor burung, ya walaupun ada burung yang ga bisa terbang.
  Oke kita sudut pandangkan sayap seperti yang gua bilang, kita punya dua sayap nih ceritanya, dan kedua sayap itu untuk melindungi seseorang, satu sayap untuknya dan satu sayap kita untuk terbang, ya itulah cinta kata Bung Karno, seperti burung yang mengepakkan sayapnya, bila satu sayap tidak mengepak, maka burung tersebut tidak bisa terbang.

  Kita ga perlu empat sayap untuk terbang, karena dua sayap saja sudah cukup, tapi namanya cinta pasti beragam ceritanya, ya kita ambil contoh orang ketilu atau orang ketiga. emang agak basi sih, kenapa sih selalu orang ketiga yang salah?
  Oke kita ambil perspektif begini. Sayap tersebut akan melindungi dua orang, karena ada satu orang lagi yang datang, dan kedua sayap itu dipakai untuk melindungi, dan tidak ada sayap yang bisa dia gunakan untuk terbang. mereka yang dilindungi pun akan pergi nantinya, karena mereka tidak bisa berdiam diri saja tanpa bisa terbang dan bila iya mencoba terbang dia akan kelelahan sendiri, karena tidak ada sayap yang mengepak dia yang menjaga akan jatuh tanpa perlindungan yang akhirnya merugikan dirinya sendiri bagai bom waktu. salah siapa? pernah kalian mendengar atau melihat opini berikut?
 "Tamu tidak akan masuk, jika tuan rumah tidak membukakan pintu."
Tapi gua kurang setuju dengan itu, karena mana ada orang yang ingin mengambil sesuatu dengan cara yang sopan? awalnya gua berpikir demikian, tapi alter ego gua berkata lain. jadi ia pura-pura jadi tamu, lalu dia masuk kerumah dan menghancurkan apa yang ada didalamnya, dan ternyata seperti itu. dan perspektif lain muncul, yaitu seorang tamu yang membuat seisi rumah menjadi rapih dan nyaman dari sebelumnya, dan bila itu yang terjadi seutuhnya bukan salah orang ketiga.
 
  Gua punya cerita yang mungkin bisa membuat lu paham, yang berjudul.

SAYAP ITU WING


  Terkisah dimana semua pria memiliki sayap yang menyimbolkan cinta, kasih sayang, perlindungan, kepercayaan, dan lain-lain.
  Ada seorang pria bernama Deska, ia seorang periang, penuh semangat, dan anak yang baik. ia pernah merasakan yang orang katakan cinta, tapi dia ragu akan adanya hukum timbal balik dalam hal itu.
  Suatu masa Deska memiliki banyak sahabat, dan dari sekian banyak sahabat pria ada seorang wanita yang dia kenal dengan nama Akila. persona Akila yang berparas cantik nan anggun membuat siapa saja ingin menawarkan satu sayapnya untuk Akila seorang. Tapi kenapa Deska tidak kemudian jatuh cinta? itu karena Akila sudah dilindungi oleh pria lain dengan sayap yang sangat kuat. Deska juga memiliki sayap, namun tak sekuat milik pria itu, sayap Deska lebih indah dan besar dari yang lain, dan sayap itulah yang membuat Deska mempunyai banyak teman.
Ada waktu disaat sebuah hubungan mulai retak, pria yang selama ini melindungi Akila pergi meninggalkannya. Deska melihat Akila menangis, dan dia pun menghampiri Akila, Deska berusaha menenangkannya dan menghiburnya denga sayapnya yang indah itu, namun isak Akila masih saja menggali akal Deska. Deska pun punya ide dengan menanyakan pertanyaan kepada Akila yang sedang menangis itu. 

"Kila, kenapa ayam bangunnya pagi?" ucap Deska,
 "Hmm..hiks..hiks..kenapa?"tanya Akila,
 "Karena ayam tidurnya cepet! Hahahaha..."

Agak senyap saat Deska memberitahu jawaban akan pertanyaannya itu, Deska masih tertawa yang kemudian perlahan pudar melihat wajah Akila yang bingung. namun ada tawa kecil terdengar dari mulut Akila, dan Deska pun tersenyum juga, dan ikut tertawa.

  Sejak saat itu mereka berdua terlihat semakin sering bersama, bercanda gurau dengan humor receh yang kerap keluar dari mulut Deska, bercerita tentang pengalaman, dan rasa kehilangan. Kemudian ada saat dimana pria yang membuat Akila kembali, dan menyesali perbuatannya. pria itu menatap Deska, kemudian menatap Akila. Deska paham betul tatapan itu, karena dia pun kini menatap pria itu dengan tatapan yang sama, Cemburu.
Pria itu meminta maaf karena sudah meningalkan Akila, Mata Akila berkaca lalu menatap Deska dengan maksud menanyakan pendapatnya, Tentu Deska tidak setuju, karena apa yang sudah dilakukan pria tersebut memang sudah kelewatan, dan karena bila mereka kembali bersama, Deska takkan bersama Akila lagi seperti yang dulu, namun yang keluar dari mulut Deska hanyalah kata.

"Kamu sudah kehilangan dia sekali, jangan sampai menjadi yang kedua kali.."

*Saya tau anda yang membaca ingin meneriakkan GOBLOK ke Deska, namun apa jadinya bila anda diposisi nya sekarang?

Akila langsung tersenyum dan memaafkan pria itu, pria itu pun menjabat tangan Deska, dan memperkenalkan namanya, dan namanya adalah Sukun.

*Nama apa itu wkwkwkwk, maaf ya penulis kehabisan ide buat namain siapa dia, maaf.

  Akila dan Sukun pun pergi meninggalkan Deska seorang diri, sambil melihat langkah mereka berdua, Deska kembali teringat momen saat Akila melihat Sukun datang untuk meminta maaf, Akila seperti sangat bahagia melihatnya sampai berkaca, lalu dia berbisik.

"Bagaimana aku bisa menjadi seperti Pria itu? Sukun? nama apa itu? nama gorengan? hufft..tapi apakah bisa aku menjadi se-level dia? yang menyakiti hati seseorang, lalu dengan mudah mendapat maaf?" Deska berkaca.
"Lihat mereka berdua, daritadi berjalan tapi tak sekalipun menoleh kebelakang." keluh Deska.

"(Akila menoleh) Dadaaaah Deska!! Hati-hati!!."Salam Akila

"......................Iyaa....(melambaikan tangan)....cih." sahut Deska.

"Andai saat itu aku mengatakan apa yang ku pikirkan, dan dia tetap memaafkan Sukun, apakah dia akan menoleh seperti tadi? dan apakah aku akan tahu siapa nama pria itu? tapi lebih baik aku tidak tahu nama pria itu, namanya jelek! tapi dia beruntung, beruntung sekali (gerimis turun menyertakan air mata) ." Keluh Deska, dan dia segera pulang, mengepakkan sayapnya lesu.

  Pembaca pernah merasakan bertahan tapi tak ditahan? atau menunggu tapi tak ditunggu? menjalani kisah rahasia sepihak? yak selamat datang di Zona Teman. *mampus*
kita bisa lihat dari sini, Deska sedang berdiam diri dikamarnya meratap apa yang akan terjadi esok hari, bisakah hari esok lebih buruk? atau sama saja? pertanyaan itu terulang dan terus terulang sepanjang malam dan diantara lelap dan dasar rindu itu datang. Malam itu dingin teramat sangat, namun rindu seakan menyelimuti Deska yang setengah sadar itu, sampai matahari terbit kembali.

  Sehari, seminggu, sebulan terlewati. Deska tetap tanpa Akila disisinya, walaupun punya banyak teman dia selalu tersenyum hambar setiap sadar Akila tidak ada diantara mereka. Akhirya Deska sadar, bahwa dia selama ini menanti Akila untuk menemuinya, namun dia hanya melihat jauh senyum Akila bersama Sukun. Menyapa pun tak enak rasanya, tak ingin merusak momen mereka berdua, Deska hanya terenyuh luar dalam, dalam teriakan yang dia redam.

  "Bertahan untuk apa?" tanya Deska salam hati.

Deska masih menatap garis senyum Akila dari kejauhan, keluhnya tidak juga diam dalam hati, hanya dia paparkan lantang dalam senyap, dan hanya berharap dalam ruang paradoks. ruang yang tak ada jawaban dan hanya keraguan dalam tiap solusi. Karena ada yang tidak bisa dipaksakan dalam ambisinya, namun begitu berat untuk meninggalkannya dengan ikhlas.

  Sudah tiga bulan sejak kejadian yang membuat Deska murung serta lingkungannya menjadi lebih teduh dari sebelumnya. hampa yang tak pernah hilang, serta angan yang sudah jauh di awang-awang.
Deska tertunduk di pucuk cemara favoritnya.

 "Waktu oi waktu, sampai kapan kau membiarkan aku dalam keadaan ini? tidak pernah selangkah maju maupun mundur. apakah aku akan begini sampai sayapku tak mampu terbang lagi? sampai aku sadar, kalau wanita itu (Akila) tidak akan bahagia denganku?" celotehnya.

Di pohon cemara favoritnya itu, teman-teman Deska sering melihat dia sendirian, tanpa ada yang berani menanyakan apa yang sedang dia renungkan. namun ada satu wanita yang mengoyangkan pohon itu hingga Deska tersentak.

"Oi Deska! ada apa? turunlah dan bermain sambil bercerita!" Teriak wanita itu.

"Oi Naktia! mari bermain, tapi jangan bercerita!" Jawab Deska.

Deska segera turun dari cemara itu, dan bermain bersama yang lain. senyumnya masih terasa hambar dilihat, namun teman-teman yang lain hanya mampu memakluminya. Selepas bermain, Deska langsung pamit pulang. dalam tanya Naktia menatap punggung Deska.

"Ada apa dengan pelita itu? yang biasanya lebih bersinar dari yang lain." Gumam Naktia.

Dalam perjalanan pulangnya, Deska mendengar sapaan dari suara yang sangat dia kenal.

"OOOII DESKA!" Sapa Akila.

"Eh, ada apa Akila? (Senyum kaget)." Jawab Deska heran.

"Temenin ke cafe yang di gunung Tidrus yuk." Ajak Akila.

"AYUK!..eh tapi Sukun kemana?"

"Udah nanti aja ceritanya, yuk."

"Oke, pegangan yaak."

"Udah, Yuk."

"Satu...Dua...Tiga..(Terbang)."

Deska dalam perjalanan tak bisa menahan senyum bahagianya, begitu erat Akila berpegangan, tidak ada interaksi dalam perjalanan singkat yang sangat indah tersebut, bagi Deska.
Sesampainya di cafe, Deska masih memasang senyum lebarnya itu dengan wajah memerah. Akila hanya tertawa kecil melihat wajah Deska, dan Deska pun malu akan itu.

Mereka memasuki cafe, dan duduk tepat didepan barista yang sedang mengelap gelas. Akila memesan Susu kambing Yuknor minuman favoritnya, dan Deska memesan segelas kopi Mitgar yang juga adalah minuman favoritnya.

"Oiya, kamu mau cerita apa?" Tanya Deska.

"Oh, enggak kok, aku cuma mau main aja ama kamu Des." Jawab Akila.

"Kenapa? karena Sukun lagi main ama temennya juga?"

"Enggak juga sih, tapi itu salah satunya."

"Loh ada lebih dari satu alasan?"

"Hufft...Sukun orangnya terlalu serius Dek, jadi aku mau melepas penat aja."

"Aku kira kamu baik-baik aja sama dia. Tapi waktu di itu aku melihatmu sama dia baik-baik aja, aku sering lihat kamu tersenyum karena dia."

"Pernah ngerasain titik jenuh gak Des? kalau pernah, kamu pasti ngerti."

"Titik jenuh?" Tanya Deska bingung.

"Iyaa, saat kamu mulai merasa bosan dengan hal yang selalu membuat kamu bahagia."

"Kenapa ada orang yang bosan ketika dia bahagia?"

"Karena terus dilakukan mungkin, dengan orang yang sama pula."

"Berarti kita gak boleh sering main dong, nanti kamu jenuh hahahahaha."

"Entah ya Des, kalau sama kamu tuh, aku gak pernah ngerasain jenuh gitu."

"Huh?(tawa Deska terhenti) ma...maksud kamu?" Tanya Deska yang kembali bingung.

"Kalau aku ternyata nyaman sama kamu, gimana Des?"

"He...itu...hmm (wajah Deska memerah)."

"Ini de Kila, de Deska minumannya." Potong Paman Pitko sang barista.

"Iya terimakasih Paman." Jawab Akila dan Deska berbarengan.

"Wah kalian kompak bener ini, cocok! wahahaha." canda paman Pitko.

"Ah paman bisa aja nih." jawab Akila.

"Yasudah, paman layani yang lain dulu ya."

"Iya paman silahkan." jawab Akila.

Wajah Deska masih memerah.

"Oi Des, kenapa?" tanya Akila.

"Eh enggak kok gak apa apa."

"Hmm, emang kamu gak nyaman sama aku Des?"

"Yak kalau dibilang nyaman sih, nyaman Kil."

"Ada yang lebih gak dari itu?"

"Maksudnya lebih?" tanya Deska memastikan.

"Yaampun Des, kamu itu jangan polos-polos amat kenapa wkwkwkwk, ya maksud aku ada rasa (tangan Kila membentuk hati)."

"Hmm, ada."

"Sebagai sahabat kan?"

"Iya, sayang sebagai sahabat."

"Wkwkwk lagian gak mungkin kamu suka sama aku, kalau kamu suka sama aku atau sebaliknya, kenapa gak dari dulu kita nyatain? wkwkwkwkwk."

"Hahahaha, iya Kil, kenapa gak dari dulu ya?"

Ditengah obrolan sehati itu, Akila pamit pulang duluan karena Sukun sudah menjemput diluar cafe.
Akila melambaikan tangan ke paman Pitko dan Deska, tapi Deska belum berhenti memandang Akila hingga ia keluar cafe.

"Dia di jemput siapa Des?" tanya paman Pitko penasaran.

"Oh, dijemput Sukun, pacarnya Akila."

"Loh, Paman kira dia sama kamu Des." paman Pitko terkejut.

"Enggak lah, Aku gak ada apa-apa sama Kila."

"Oh, berarti paman salah sangka ya, tapi kamu jangan sahabat jadi cinta ya? Hahahaha."

"Ah paman, bisanya menggoda aku."jawab Deska, lalu diikuti gumamnya dalam hati "Ya sudah terlambat untuk tidak menjadi yang paman bilang."

"Tapi ya, paman lebih seneng kalau kamu sama dia Des. kalian berdua cocok loh. ya itu sih menurut paman, tapi kenapa kamu gak sama Kila aja sih?"

"Hahahahahahaha entah lah, bukan jalan aku." jawab Deska diikuti bisikan hatinya."Ah paman, ingin rasanya ku lemparkan gelas ini ke wajahmu yang tua itu, dan mengambil saham atas cafe ini, dan menjadi kaya untuk bisa menikahi Akila."

"Ya kan paman melihat kamu sebagai manusia yang baik, kamu tidak merokok apalagi mabuk, ya mungkin kamu bisa mabuk asmara hehe."

"Ah paman, sudah ah aku mau pulang, hari sudah semakin larut. Oh ini uang untuk minum aku dan Kila."

"Iya terimakasih ya, jangan kapok kesini nak Deska, hati-hati dijalan yaa."

"Iya paman, terimakasih juga dan sampai ketemu lagi." pamit Deska.

  Dalam perjalanan Deska termakan pikiran akan omongan paman Pitko tadi, ia merasa ada benarnya tapi ada keadaan yang memang ia sendiri tak bisa paksakan. Pikiran itu memenuhi kepalanya sampai ia berbaring ditempat tidur. Deska melipat tangan dibawah kepalanya, mencoba untuk tidur namun kantuk bagaikan datang dan pergi, gelisah sudah pasti dan guyonan Akila yang menetap di hati dan pikian Deska yang akhirnya terlelap karena lelah.

  Matahari kembali terbit, cahayanya mengetuk mata setiap orang yang terpapar silaunya, gravitasi di setiap tempat tidur perlahan hilang, namun tidak untuk Deska, matanya hanya terbuka namun tubuhnya enggan beranjak dari tempat tidurnya. Tidak ada semangat hari ini, tidak ada pelita terang untuk hari ini, tidak ada Deska yang dulu, hanya ada Deska yang gelisah. bergerak pun hanya untuk duduk di tempat tidurnya, tanpa ada niatan untuk memulai hari, sampai ia jenuh dan kemudian beranjak untuk segera mandi. air sudah hampir penuh di bak mandi, namun tidak juga dia membasuh tubuhnya, hanya berdiam didepan cermin tanpa senyuman. ketika air sudah membanjiri kamar mandi dan membasahi kakinya, ia baru mulai membersihkan diri. Saat ia kembali menatap cermin dan memeriksa sayap lebarnya itu, yang dia rasa hanya ke-tidak bergunaan. "Untuk apa sayap ini? begitu gagah namun tidak bisa kumanfaatkan." bisiknya dalam hati. dengan menarik nafas yang dalam, ia membasuh sayapnya.

  Selesai mandi, ia keluar dari rumahnya, dan dia mampir ke warung untuk membeli rokok, pemilik warung pun agak ragu untuk memberinya rokok itu, karena selama ini Deska ke warung hanya untuk membeli makanan dan kebutuhan lainnya, namun sekarang dia ke warung hanya untuk membeli sebungkus rokok. Selepas itu dia pergi ke cafe paman Pitko. tanpa menyapa teman-temannya dijalan, sambil terbatuk karena belum terbiasa menghisap asap rokok. sesampainya disana ia memesan kopi yang biasa dia beli, paman Pitko yang melihatnya merokok hanya geleng-geleng kepala dan menegurnya.

"Ada apa Deska? sudah mulai merokok sekarang?" tanya paman Pitko prihatin.

"Ah tidak paman, aku sudah lama merokok, *Uhuk-uhuk*." jawab Deska terbatuk.

"Ah jangan berbohong pada diri kamu Deska, paman sudah lebih dulu merokok, dan tidak batuk bila sudah terbiasa dengan itu, ada apa nak?" tanya paman.

Deska hanya tersenyum kecil dengan mata kosong.

"Akila ya?" Terka paman.

Deska kembali menghisap rokoknya, dan kali ini dia tidak terbatuk. "Apa yang akan paman katakan bila aku jawab ini semua karena Akila?" tanya Deska.

"Hm kamu ini, terbiasa dengan membohongi diri kamu sendiri akhir-akhir ini? Paman sudah tua, dan sudah fasih dengan namanya hubungan antara laki-laki dan wanita. jadi sekarang kamu patah hati?"

"Anggap lah aku patah hati paman, dan apa seperti ini rasanya patah hati?"

Paman Pitko beranjak dari tempatnya dan mempercayakan ke karyawanya, lalu duduk disamping Deska.

"Huft, jadi begini Deska (Menepuk pundak Deska) Cinta ini memang hadir tanpa kita paksakan oke? bila kamu mencintai Akila tanpa sebab, maka kamu bisa membuat Akila demikian. waktu akan membuat itu semua indah, mungkin sekarang dia bersama orang lain, dengan siapa? Suun?"

"Sukun paman."

"Iya dengan Sukun, bisa jadi dia nanti bersama dengan kamu, kamu jangan menghindar dari dia, karena hanya membuat kamu makin rindu sama Akila, dan membuat dirimu menjadi seperti ini."

"Tapi mana mungkin dia bisa bersamaku? sayapku ini tidak sekuat milik Sukun, dan apa aku bisa membuat dia lebih bahagia dari yang Sukun berikan?"

"Hei, kamu ini mempunyai sayap yang lebih indah dari yang lain, karena itulah banyak yang sebenarnya peduli padamu, seperti paman. kamu harus yakin dan berusaha untuk membuat Akila bahagia Des, jangan sampai kamu kehilangan dia. itu bila kamu memang serius sama Akila. kamu mungkin kehilangan dia untuk sekarang, dan jangan sampai itu menjadi yang kedua kalinya." Tegas paman Pitko.

Deska hanya tertunduk, dan menghembuskan asap rokoknya, mencoba mencerna nasihat paman Pitko.

"Tapi aku tidak mau membuat kebahagiaan Akila hancur karena aku melakukannya untuk diriku sendiri paman, apakah aku egois bila aku hanya inginkan Akila selalu ada untukku?!" Tegas Deska berkaca-kaca.

"Apakah bila kamu bertahan terus seperti ini dan menutupi perasaan kamu kepada Akila, kamu akan baik-baik saja? kamu hanya bertahan untuk Akila, sedangkan sayap kamu tidak bisa melindungi apapun, termasuk dirimu sendiri. itu bom waktu Deska, jangan sampai meledak saat waktunya tidak tepat." jawab Paman Pitko tenang.

"Lalu aku harus bagaimana paman?" desak Deska.

"Jangan menyiksa dirimu sendiri, dan lakukan apa yang harus kamu lakukan, jangan hanya melakukan yang kamu ingin lakukan. dan satu lagi.."

"Apa yang satu lagi paman?"

"Jangan sia-siakan hal yang membuatmu berjuang untuk hal tersebut."

Deska hanya bisa terdiam, dan memeluk paman Pitko.

"Terimakasih paman!" dalam peluknya Deska menangis.

"Iyaa, kamu sudah dewasa Deska, paman tahu kamu akan melakukan apa yang terbaik."

Paman Pitko kembali ke tempatnya, karena karyawannya terlihat kewalahan dengan pesanan pelanggan. Deska mulai bisa tersenyum dan bercanda dengan Paman Pitko serta karyawan lainnya. hari itu Deska kembali mengakhiri harinya dengan senyum.

Esoknya Deska mengampiri teman-temannya dan kembali menghisap rokok sisa kemarin. teman-teman Deska kaget namun Deska hanya beralasan kalau dia hanya penasaran dengan rokok. mereka kembali bermain dan bercanda, sampai mereka bosan dengan permainan yang itu-itu saja, dan Naktia kemudian mendapat ide untuk berbagi cerita, dan setiap orang mendapat giliran.
Permainan di undi, Deska mendapat posisi keempat. Dimulai dari Naktia, yang menceritakan dia sedang menyukai seseorang yang begitu dekat namun akhir-akhir ini orang itu terlihat berbeda, kemudian dilanjutkan oleh Pagya yang menceritakan tentang adiknya yang rewel, lalu Dust yang menceritakan tentang Lyla dan Alika, masa lalu yang kelam untuk Dust. setelah mendengar cerita Dust, Deska menjadi simpati karena kekuatan hati Dust yang bisa tersenyum sampai saat ini, walaupun masa lalunya itu membuat dirinya hancur. tibalah giliran Deska, dan Deska menceritakanya panjang lebar tentang apa yang sedang dia alami, tanpa menyebut nama Akila. semua yang mendengar hanya bisa bertanya-tanya, siapa yang membuat Deska menjadi seperti ini, mereka hanya bisa prihatin, lalu Dust tertawa.

"HAHAHAHAHAHAHAHA." tawa Dust telak.

"Apa yang lucu Dust?" tanya Naktia.

"Kamu baru merasakannya? dan aku sudah sewindu seperti kamu Deska, yaa walaupun tidak sama persis kejadiannya, namun posisiku lebih sulit, karena aku bertahan pada satu orang, sedangkan ada dua yang harus ku jaga. seharusnya kamu bisa lebih kuat dari aku." Tegas Dust.

"Bila Lyla disini, mungkin dia akan menceritakan cerita tentang kamu dan Alika itu. dan cerita Lyla akan membuat pandangku lebih jelas terhadap masalahmu Dust." lanjut Deska.

"Huh, dengan satu sayap, aku hanya bisa melindungi Lyla sekarang, dan ku dengar orang di daerahku dulu memotong sayap mereka karenaku, ya aku merasa banyak yang mendukungku disana, namun aku tidak akan kembali." tegas Dust.

Dust memang hanya mempunyai satu sayap, karena dia memotongnya sebagai simbol kesetiaannya terhadap Lyla, karena Alika yang menyia-nyiakan perasaan Dust dan lebih memilih pria lain. sebenarnya sayap Dust sungguh indah, namun tidak berarti bila tak bisa melindungi apa-apa. karena itu dia memotongnya.

"Kamu berani, dan bila aku ada disana saat kamu mengalami masalah tersebut, mungkin aku juga akan memotong sayapku seperti yang lainnya, tapi sayapku belum kupakai untuk melindungi siapa-siapa." kata Deska.

Naktia hanya terdiam mendengar percakapan mereka berdua, dan yang lainnya melihat Dust dan Deska dengan kagum. tak lama setelah itu Lyla datang, dan Dust menyambutnya dengan pelukan yang membuat Deska dan kawan-kawan terbawa akan suasana antara mereka berdua. kini Deska bisa mempelajari hal banyak dari pengalaman orang didekatnya, dan membuat Deska lebih siap mengambil resiko.

 Hari-hari mereka kini lebih banyak habis untuk membagi cerita, ada banyak tawa, dan haru salam tiap cerita, karena bosan, mereka mencari tempat untuk mendapatkan suasana baru, mereka terbang bersama, dan Dust dibantu Deska untuk terbang, Lyla memeluk Dust dari belakang, membuat Deska membayangkan ia bersama Akila. sesampainya ditempat baru, ternyata disana ada Akila dan Sukun. mereka terlihat sedang bertengkar, Deska dan yang lainnya mencoba memastikan dengan melihat mereka dari jauh. Akila terlihat menangis dan Naktia berlari kearah Akila untuk untuk menenangkannya, dan Sukun pun pergi meninggalkan Akila dipeluk Naktia.

  Deska tidak tahu harus senang atau prihatin akan hal tersebut, namun sepertinya momen itu tidak cocok bila ia terlihat senang, namun ada satu orang yang menyadari tatapan Deska terhadap Akila, dan itu Dust. Deska langsung menghampiri Naktia dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi, namun Naktia sibuk menenangkan Akila dan meminta Deska menunggunya sampai dia tenang. Deska nampak tidak tenang sebelum air mata itu berhenti menetes dari pipi Akila, dan Deska pun pergi menyendiri tak jauh dari tempat mereka berkumpul.

Deska kembali mnghisap rokoknya, mencoba menenangkan dirinya. lalu Dust menghampirinya.

"Aku ngerti kok Des." sambar Dust.

"Bila sudah berpengalaman sih gak ragu aku Dust."

"Harusnya ini jadi batu loncatanmu untuk mendapatkan Akila, tapi jangan terburu-buru Des, karena batasnya sangat tipis, dan untuk kembali lagi sulit."

"Maksudnya?"

"Persona kamu dimata Akila adalah seorang sahabat, dan kamu adalah pilihan saat dia bosan, bila dia saat ini sedang tidak bosan dan kamu ada saat dia sedih, kamu akan jadi orang yang ada saat dia sedih, dan saat kamu menyataknnya disaat yang tidak tepat, kamu akan kembali menjadi pilihan disaat dia bosan, atau bahkan orang yang dia hindari nanti." tegas Dust.

"Ya perhitungan kamu sudah terbukti, tapi bila dia sampai menjauhiku karena perasaan ini, kupikir dia kan keliru nanti." ucap Deska

"Selalu ada alasan Des, bisa jadi ia menjauhimu agar kamu tidak sakit hati karenanya, walaupun itu adalah salah besar, hal tersebut tidak akan membuatmu terbebas dari patah hati, malah hanya memperburuknya." tegas Dust

"Apakah Alika seperti itu?" tanya Deska

"Huft, iya dia seperti itu, walaupun aku sekarang bahagia, tidak jarang pula aku merindukannya." jawab Dust

"Ternyata memang begitu ya. akan sangat sulit untuk tidak menyapa orang yang biasa berbalas sapa dengan kita tiap hari."

"Ya hanya kita yang mengerti perasaan itu Des, paling tidak untuk sekarang." tegas Dust.

"Hei kalian cepat kemari!." panggil Lyla.

"Nah sepertinya Akila sudah bisa berbagi cerita, ayo kita dengarkan, dan kamu akan melihat jalannya." ajak Dust.

Mereka kembali ke tempat perkumpulan. Akila menatap Deska dengan wajah sedih, lalu memulai ceritanya. Akila mengatakan mereka bertengkar karena Sukun cemburu akan kehadiran Deska, karena Akila selalu menceritakan Deska yang merupakan sahabatnya sejak lama dan hal itu yang membuat Sukun muak dan marah, dan Akila menutupi itu semua dengan mencari tempat yang tidak akan dilihat Deska, karena dia malu akan sikap Sukun. Semua pandangan pun tertuju pada Deska, wajah Deska hanya terkejut mendengar cerita dari mulut Akila, dan Dust tertawa kecil karena melihat wajah Deska yang sedikit memerah diikuti ekspresinya yang kocak.

"Aku pamit pulang ya." ucap Akila.

"Heh! sama siapa?" sontak Naktia.

"Eh Deska gak dianter tuh?" ucap Dust sedikit meledek.

"Ayuk aku anter aja, nanti kamu nyasar." ucap Deska.

Akila pun akhirnya mau, dan dia naik ke punggung Deska, sambil menyandarkan kepalanya.

"Pegangan yaa Kil." saran Deska.

"Huh, iya." jawab Akila.

Deska pun terbang bersama Akila, dan sepanjang perjalanan pelukan Akila semakin erat, wajah Deska sedikit memerah saat merasakannya dan dia bingung untuk memulai pembicaraan, karena dia teringat perkataan Dust untuk berhati-hati menyikapi Akila. Sampai Akila memulai pembicaraan.

"Hei, diem aja tumben."

"Eh.. udah bisa ngomong?" jawab Deska agak terkejut.

"Huh, kamu Des aku lagi sedih bukannya dihibur."

"Eng...aku bingung abisnya, kok bisa dia cemburu, kan kita cuma...cuma sahabat..."

"Aku juga gak ngerti sama dia, sayap saja yang kuat, tapi emosi cepat meledak."

"Hahahahahahahaha." tawa Deska kecil.

"Kok ketawa?"

"Eh...cuma reflek aja kok."

"Masih aja nyebelinnya."

"Kamu masih ada cengengnya,"

"Huh."

Pembicaraan mereka tiba-tiba berhenti, Deska takut Akila tersinggung karena argumennya, namun pelukan Akila semakin kuat. yang membuat Deska ingin memulai pembicaraan lain.

"Eh ayah sama bunda kamu kapan pulang?" tanya Deska.

"Gatau, kali ini entah kenapa migrasinya lama banget, kalo ayah sama mama kamu kapan pulang?" Akila bertanya balik.

"Aku juga gak tau, bapak pos juga tidak pernah mengirim surat untukku lagi." jawab Deska.

"Berarti emang semuanya belum pulang ya, kasian mereka, terbang jauh-jauh hanya untuk kita makan dan mencukupi kebutuhan kita." jelas Akila.

"Ya begitulah orangtua, mereka akan bekerja keras untuk kita, dan kita juga akan bekerja keras untuk mereka nanti saat mereka pensiun."

"Tapi waktu untuk berkumpul sangat singkat, saat mereka pulang pun mereka harus bersiap-siap untuk migrasi lagi, jadi aku kesepian dirumah." keluh Akila.

"Kamu gak takut?" tanya Deska.

"Ih kamu, jangan buat aku parno!" teriak Akila

"Loh kamu emang penakut wkwkwkwk, baru aku nanya begitu kamu udah takut."

Tanpa sadar rumah Akila sudah dekat.

"Yak turunnya hati-hati ya." kata Deska.

Akila pun turun tapi tidak langsung masuk rumahnya.

"Loh gak langsung masuk?" tanya Deska.

"Temenin dulu mau gak Des?" jawab Akila.

"Eh kamu serius?" jawab Deska ragu, walaupun dia sangat senang bisa bersama Akila.

"Iya, jarang-jarang kamu main kerumah." kata Akila

Akila pun masuk terlebih dahulu, dan membuatkan minum untuk Deska. Sementara Deska menunggu diruang tamu dengan wajah bersinar. Akila pun membawakan segelas susu favorit Deska. Deska pun bingung harus memulai pembicaraan darimana, namun lagi-lagi Akila memulai perbincangan.

"Kamu ngerokok ya Des?" tanya Akila.

"Engh tau....darimana?" jawab Deska terkejut.

"Emang aku gak nyium bau rokok di baju kamu tadi?" jelas Akila.

"Cuma nyoba aja kok.."

"Semenjak aku tinggal jadi bandel ya kamu, kan gak sehat Des, pokoknya kamu gak boleh ngerokok!" bentak Akila.

"Eh..i..iyaa." Deska terkejut dengan perhatian yang diberikan Akila terhadapnya.

"Awas aja pokoknya kalau kamu sampe sakit. aku patahin rokok-rokok kamu." ancam Akila.

"Hmm....i..iyaaa Kil, iyaa aku gak ngerokok lagi."

Tak sadar daritadi posisi duduk mereka semakin dekat. wajah Deska memerah karena salah tingkah. sampai saat Akila menyandarkan kepalanya di pundak Deska. Deska tidak bisa apa-apa karena tidak ingin merusak momen indah ini, tanpa sadar tangan Deska mengelus rambut Akila. Deska semakin salah tingkah dan tidak tahu harus berbuat apa lagi. seakan tangannya reflek membelai Akila.

"Deska.." panggil Akila.

"Apa Kil?" jawab Deska.

"Kamu gak cemburu aku sama Sukun?"

Pertanyaan Akila membuat Deska ragu untuk menyatakan yang sebenarnya dia rasakan, mungkin ini saat yang tepat, atau mungkin ini adalah momen yang salah untuk jujur.

"Kenapa nanya begitu?" tanya Deska.

"Yang aku liat sih kamu cemburu, dan Naktia cerita kalau kamu berubah gitu semenjak aku lebih sering sama Sukun." jawab Akila.

"Cemburu bukan pilihan Kil, tapi aku akan jawab, iya aku cemburu."

Akila mengangkat kepalanya dari pundak Deska, dan memandang wajah Deska seakan siap mendengar penjelasan Deska, dan Deska mau tidak mau harus jujur, karena sudah jelas perasaan itu ada saat dia menjawab kalau dia cemburu.

"Ya semenjak kamu sering bersama Sukun, aku yakin kamu akan bahagia sama dia, tapi aku kayaknya sok kuat, seakan aku bisa melihat kamu bahagia dengan orang lain. Aku bukannya gak percaya sama pilihan kamu, kalau kamu lebih memilih kembali bersama dia, tapi didalam hati, aku lebih percaya sama diri aku sendiri, kalau aku bisa berbuat lebih, dan setiap ceritamu dengan Sukun selalu terdengar kalau kamu sedang bahagia, begitu juga yang aku lihat."

Deska menarik nafas panjang.

"Hufft, dan aku merokok untuk melepas itu semua, untuk menenangkan hati aku, ya walaupun tidak terlalu ampuh, namun sangat membantu karena membuat aku lebih keren. Huh aku gak percaya harus bilang ini semua sama kamu, aku gak bisa memalingkan perasaan aku dari kamu, sehari pun enggak ada hari tanpa kamu di kepala aku, di setiap kepakan sayapku, dan di setiap hembusan asap rokok yang kuhisap." jujur Deska.

"Yaa paman Pitko juga sudah cerita soal itu dan cerita itu membuat aku kepikiran terus soal kamu..Des." tegas Akila.

"Hah? yaampun paman Pitko wkwkwkwk." Deska terkejut mendengar nama paman Pitko.

"Jadi.. kamu akan menjauhi aku karena perasaan aku ini?" tanya Deska.

"Entahlah."jawab Akila "Tapi aku tidak mau kehilangan kamu lagi, untuk yang kedua kalinya, seperti yang kamu bilang, dan yang aku dengar dari paman Pitko." tegas Akila.

"Lalu? e..e..kita? kita ini apa dong?" tanya Deska salah tingkah.

"Selama kamu belum menyatakan perasaan kamu ke aku, kita tetap sahabat." jawab Akila dengan senyum manja.

Senyum itu membuat Deska semakin salah tingkah, dan tidak bisa berkedip melihat senyuman itu. dan tanpa sadar dia berkata.

"Kamu mau...bahagia bersamaku Akila?" nyataan Deska.

"Engga." ketus Akila.

"........................." Deska terdiam hancur.

"Karena kamu gak selalu bahagia, tapi aku mau bersama kamu dalam sedih maupun bahagia." jawab Akila meledek.

"Ahelah, sini peluk." reflek Deska memeluk Akila.


Hari itu ditutup dengan pelukan antara insan yang diselimuti rasa sayang yang seperti kepompong, karena merubah ulat menjadi kupu-kupu, seakan dari sahabat menjadi insan yang saling mencintai, dan Deska pun kembali menjadi pelita bagi setiap orang, terutama Akila. sayap Deska sudah memiliki tujuan yang akan dia jaga sepenuh hati dan setiap waktu, tidak ada sia-sia sebuah perjuangan, karena perjuangan tidak akan membuat kamu kecewa pada akhirnya.

Dari cerita ini, kejujuran akan memberikan kita jawaban yang selama ini kita tunggu namun tanpa bertanya. Jangan berkata tidak saat kamu mulai jatuh hati. walaupun dunia akan membencimu karena kejujuran, tapi kebenaran akan selalu datang dari setiap kejujuran yang kamu ungkap.

~ TAMAT ~


Sebenarnya bisa saja Akila ilfeel dengan kejujuran Deska, tapi menurut gua, gaada wanita yang menyia-nyiakan perasaan seperti apa yang Deska rasa terhadap Akila. karena sangat jarang ada hati seperti Deska yang rela dibodohi keadaan dan rela memasang bom waktu, tanpa tahu ending ceritanya dan tanpa ada harapan yang Akila berikan, hanya sekedar senang bila bisa bersama. jika kalian memiliki perasaan seperti Deska terhadap wanita yang kalian sayang, jangan ragu untuk jujur.

Terimakasih, semoga cerita diatas bisa menjadi pelajaran dalam setiap langkah yang kau ambil wahai pembaca. karena hidup terlalu singkat untuk menunggu terlalu lama.

DeepArt.

*yang cover itu Dust, bukan Deska.*


  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seperti Kerang... begitu Keras tapi begitu Lembut